BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat kerja bahkan dijalan atau ditempat tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam – macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain. Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang. Dua puluh tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini orang dewasa dengan luka bakar seluas 75% mempunyai kesempatan untuk hidup 50% dan hal ini bukan hal yang luar biasa jika pasien mendapatkan perawatan yang serius di unit perawatan khusus luka bakar (Felles & Jones, 1987).
Pendapat diatas tidak akan terwujud tanpa adanya penanganan yang cepat dan tepat serta kerjasama yang baik antara anggota tim kesehatan yang terkait. Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, sayatan dan lain lain). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan seperti :
1) Ditempati kuman dengan patogenitas tinggi.
2) Terdapat banyak jaringan mati.
3) Mengeluarkan banyak air, serum dan darah.
4) Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma).
5) Memerlukan jaringan untuk menutup.
Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan/intervensi lebih intensif dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiranm air panas dengan luka yang disebabkan karena terkena zat kimia atau radiasi atau listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar yang mengenai genitalia mempunyai risiko yang lebih besar untuk terjadinya infeksi dibanding dengan luka bakar yang ukuran/luasnya sama pada bagian tubuh yang lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi kapasitas fungsi pasien (produktifitas/kemampuan kerja) sehingga memerlukan teknik penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh lain (Sherif & Sato, 1989).
Di Indonesia dan mungkin juga banyak negara lain, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya komplikasi dan masalah yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius, cepat dan tepat sejak pertama masuk ke unit gawat darurat serta membutuhkan perawatan yang cermat, tekun dan sabar dari tim kesehatan saat pasien berada diruang perawatan lanjut baik perawatan intensif maupun di bangsal.
Tindakan aseptik sangat diperlukan pada tindakan dan perawatan luka bakar, khususnya untuk mencegah kontaminasi dan infeksi nosokomial, dengan menerapkan perawatan diruang khusus, penggunaan alat-alat termasuk linen dan baju khusus.
Pencucian luka dilakukan menggunakan cairan antiseptik yang tidak bersifat iritatif. Prinsip dilution is the best solution for pollution diterapkan disini, dan pada kenyataannya bahwa insiden infeksi dapat ditekan dengan metode ini. Tindakan ini diterapkan sejak awal (saat pasien masuk), dan dapat dilakukan pengulangan, atau setelah melakukan nekrotomi dan atau debridement. Cairan yang biasa digunakan untuk mencuci luka di rumah sakit diantaranya seperti cairan savlon 1%, betadin sol 2% dan NACl 0.9% (Normal Salin).
Tidak menutup kemungkinan bahan – bahan kimia yang digunakan justru berpotensi mengiritasi kulit dan sel sel jaringan kulit, walaupun saat ini telah bermunculan produk untuk pembersih luka, ternyata ada alternative lain untuk mencuci luka bakar pada khusunya tidak mengandung bahan - bahan kimia dan sangat aman digunakan untuk mencuci luka bakar yaitu dengan menggunakan rebusan daun sirih. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan luka bakar karena mengandung styptic buat menahan pendarahan dan vulnerary, yang menyembuhkan luka pada kulit. Kandungan pada tanaman yang berasal dari India, Sri Lanka ini antara lain minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylpyrokatekol, cyneole, caaryophyllene, cdinene, estragol, terpennena, seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase, gula, dan pati ,fenol. Untuk fenol tersendiri yang terkandung pada rebusan daun sirih dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol biasa.
Berdasarkan uaraian latar belakang yang ada kami menjadi tertarik untuk meneliti hal tersebut, sebagai salah satu referensi bagi kami seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam mencuci luka bakar dengan rebusan daun sirih yang kami anggap lebih efektif dari normal salin yang biasa di pakai.
B. RUMUSAN MASALAH
Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Oleh karena itu penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, sayatan dan lain lain). Prinsip dilution is the best solution for pollution diterapkan disini, dan pada kenyataanya baha insiden infeksi dapat ditekan dengan metode ini. Dan penerapan tindakan ini dilakukan sejak awal (saat pasien masuk) dan dapat dilakukan pengulangan atau setelah melakukan nekrotomi dan atau debridement. Dan dalam pencucian luka bakar diperlukan penggunaan cairan yang tidak bersifat iritatif. Namun bahan – bahan kimia yang digunakan untuk mencuci luka bakar tidak menutup kemungkinan justru berpotensi mengiritasi kulit dan sel – sel jaringan kulit. Walaupun saat ini telah bermunculan produk untuk pembersih luka, ternyata ada alternative lain unutk mencuci luka bakar yang pada khususnya tidak mengandung bahan – bahan kimia dan sangat aman digunakan untuk mencuci luka bakar yaitu dengan menggunakan rebusan daun sirih.
Berdasarkan uraian mengenai hubungan luka bakar yang perawatannya dilakukan dengan pencucian menggunakan rebusan daun sirih yang dipercaya bahwa zat – zat yang terkandung didalam daun sirih jauh lebih baik dari normal salin. Maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “Seberapa efektifkah pencucian luka bakar dengan menggunakan rebusan daun sirih?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahuai efektifitasnya tentang penggunaan rebusan daun sirih sebagai pencuci luka, pada khususnya luka bakar.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui jumlah sebaran bakteri yang terdapat pada luka bakar pada kelompok intervensi sebelum dilakukan pencucian dengan rebusan daun sirih.
b. Mengetahui jumlah sebaran bakteri yang terdapat pada luka bakar pada kelompok intervensi setelah dilakukan pencucian dengan rebusan daun sirih.
c. Mengetahui jumlah sebaran bakteri yang terdapat pada luka bakar pada kelompok kontrol sebelum dilakukan pencucian dengan normal salin.
d. Mengetahui jumlah sebaran bakteri yang terdapat pada luka bakar pada kelompok kontrol setelah dilakukan pencucian dengan normal salin.
e. Mengetahui perbedaan jumlah sebaran bakteri yang terdapat pada luka bakar pada kelompok intervensi antara sebelum dan setelah dilakukan pencucian luka bakar dengan rebusan daun sirih.
f. Mengetahui perbedaan jumlah sebaran bakteri yang terdapat pada luka bakar pada kelompok kontrol antara sebelum dan setelah dilakukan pencucian luka bakar dengan normal salin.
g. Mengetahui perbedaan jumlah sebaran bakteri pada luka bakar pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan pencucian.
h. Mengetahui perbedaan jumlah sebaran bakteri pada luka bakar pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan pencucian.
i. Mengetahui seberapa efektifnya penggunaan rebusan daun sirih untuk mencuci luka pada khususnya luka bakar dalam proses penyembuhan luka.
j. Mengetahui seberapa efektifnya penggunaan normal salin untuk mencuci luka pada khususnya luka bakar dalam proses penymebuhan luka.
k. Mengetahui perbedaan efektifitas antara penggunaan rebusan daun sirih dengan normal salin untuk mencuci luka bakar dalam proses penyembuhan luka.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang manfaat rebusan daun sirih untuk mencuci luka pada khususnya luka bakar.
b) Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a) Tenaga Kesehatan/Keperawatan
Memberikan informasi dan wawasan mengenai efektifitas rebusan daun sirih untuk mencucui luka bakar.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi daftar pustaka tentang pemakain rebusan daun sirih untuk mencuci luka, pada khususnya luka bakar.
c) Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengatahuan dan wawasan tentang manfaat rebusan daun sirih unutk mencuci luka pada khususnya luka bakar sehingga dapat diterapkan nantinya unutk mengabdi dimasyarakat.
d) Pembaca
Dapat menambah pengetahuan tentang efektifitasnya rebusan daun sirih untuk mencuci lika bakar.
e) Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan menambah pengalaman serta sebagai masukan pengetahuan tentang efektifitasnya rebusan daun sirih unutk mencuci luka bakar.
f) Peneliti Lain
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian – penelitian di tempat lain, dan dapat digunakan sebagai referensi jika peneliti lain akan melakukan hal yang sejenis.
a.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Luka
a. Definisi
Luka adalah rusaknya kesatuan komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
b. Mekanisme terjadinya luka
1) Luka insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
2) Luka bersih (aseptik), biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).
3) Luka memar (contusion wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
4) Luka lecet (abraded wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
5) Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
6) Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
7) Luka tembus (penetrating wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
8) Luka bakar (combustio) yaitu suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
c. Menurut tingkat kontaminasi terhadap luka :
1) Clean wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi.
2) Dirty of Infected wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapat mikroorganisme pada luka.
d. Proses penyembuhan luka.
1) Fase inflamasi
Adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
2) Fase proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pasa fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
3) Fase maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase ini adalah; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.
e. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
1) Usia, semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan.
2) Infeksi, tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3) Hipovolemia, kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokontriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4) Henatoma, merupakan bekuan darah. Jika darah membeku maka akan menghambat proses absorbsi oleh tubuh sehingga hal tersebut mengakibatkan memakan waktu untuk darah dapat diabsorbsikan oleh tubuh.
5) Benda asing, benda asing akan mengakibatkan terbentuknya suatu abses sebelum benda itu diangkat.
6) Iskemia, merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.
7) Diabetes, hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan penigkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk kedalam sel.
8)
2. Luka bakar
a. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. ( Yefta Moenadjat )
b. Permasalahan pada luka bakar
Dalam perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi 3 fase :
1) Fase awal, fase akut, fase syok.
Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas (misal, cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh karena adanya eskar melingkar di dada atau trauma multiple di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit, syok hipovolemia).
2) Fase sub akut.
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Ketiganya merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama (cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).
3) Fase lanjut.
Masalah yang dihadapi pada fase ini yaitu penyulit dari luka bakar; berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan dan struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama; yang menjadi karakteristik luka bakar (misal, kerapuhan tendon ekstensor pada jari-jari tangan yang menyebabkan suatu kondisi klinis yang disebut bouttonierre deformity).
c. Pembagian / klasifikasi luka bakar
1) Berdasarkan penyebab
a) Luka bakar karena api
b) Luka bakar karena air panas
c) Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
d) Luka bakar karena listrik dan petir
e) Luka bakar karena radiasi
f) Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
2) Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan
a) Luka bakar derajat I
1. Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis.
2. Kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi berupa eritema.
3. Tidak dijumpai bula.
4. Nyeri karena ujung – ujung saraf sensorik teriritasi.
5. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
6. Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari.
b) Luka bakar derajat II
1. Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi.
2. Dijumpai bula.
3. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas permukaan kulit normal.
4. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
c) Luka bakar derajat III
1. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
2. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mangalami kerusakan.
3. Tidak dijumpai bula.
4. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat koagulasi protein pada lapis epidermis dan dermis (dikenal dengan sebutan eskar).
5. Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
6. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka, maupun apendises kulit.
3. Infeksi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis di seluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab kerusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris, akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau berkumpul di jaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat) (Sjamsuhidajat R, 1997).
Proses infeksi berdasarkan tahap:
1. Periode aiankubasi
Interval antara masuknya petogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Ex : campak, 2 – 3 minggu ; pilek, 1 – 2 hari ; influenza, 1 – 3 hari ; gondongan (mumpi), 18 hari.
2. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non – spesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik (selama masa ini, mikroorganisme betumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menyebarkan penyakit ke orang lain).
3. Tahap Sakit
Interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi (misal demam yang dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, kongestisinus, cunitis ; mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva).
4. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi (lamanya penyembuhan bergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien ; penyembuhan dapat memakan waktu beberapa hari sampai bulan).
Masalah utama yang seringkali dihadapi pasien luka bakar yaitu terjadinya infeksi yang kemudian berakhir dengan sepsis. Oleh karena itu amatlah penting bagi seorang perawat untuk mampu mengidentifikasi adanya infeksi.
Infeksi secara klinis dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan tergantung pada banyaknya mikroorganisme pathogen dan meningkat dengan virulensi dan resistensi pasa pasien (Rice, WFA, 1995). Seringkali kolonisasi disalahartikan sebagai nfeksi. Kolonisasi merupakan pertumbuhan organisme pada luka tetapi tidak menimbulkan respon tertentu seperti merah, bengkak dan nyeri dengan jumlah mikroorganisme <100.000/gram jaringan.
4. Kandungan daun sirih
Pasien luka bakar memerlukan perawatan yang lama karena proses penyembuhan luka yang lama terlebih pada pasien dengan luka bakar yang luas dan dalam. Pasien luka bakar biasanya dirawat di bangsal khusus luka bakar (burn center) atau ruang isolasi bedah jika rumah sakit tidak memilki bangsal khusus. Dan biasanya dalam pemberian parawatan luka bakar cairan yang digunakan antara lain savlon 1%, betadin sol 2% dan NACl 0,9%.
Kandungan yang terdapat pada savlon 1%, betadin sol 2% dan NACl 0,9% tidak kalah jauh dengan kandungan dari daun sirih. Kandungan zat khasiat yang dimiliki daun sirih diantaranya minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allypyrokatekol, cyneole, caryophyllene, cadinene, estragol, terpennena, seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase, gula dan pati.
Efek zat aktif yang dikandung seluruh bagian tanaman sirih adalah merangsang saraf pusat, merangsang daya pikir, meningkatkan gerakan peristaltik, merangsang kejang, meredakan sifat mendengkur. Daun sirih juga memiliki efek mencegah ejakulasi prematur, mematikan jamur Candida albicans, anti kejang, analgesik, anestesi, pereda kejang pada otot polos, penekan pengendali gerak, mengurangi sekresi cairan pada liang vagina, penekan kekebalan tubuh, pelindung hati, dan antidiare.
Tanamam sirih juga diketahui bisa mengatasi batuk, bronkhitis, menghilangkan bau badan, mengobati luka bakar, mimisan, bisul, mata gatal dan merah, koreng dan gatal-gatal, menghentikan pendarahan gusi, sariawan, menghilangkan bau mulut, jerawat, keputihan dan mengurangi produksi air susu ibu yang berlebihan.
5. Rebusan daun sirih dan luka bakar
Mikroorganisme yang bersifat komensal, hidup difolikel rambut kelenjar keringat, akan membentuk koloni-koloni, konsentrasinya dapat mencapai 104 samapi 108 per gram jaringan pada hari kelima. Jenis organisme yang berkoloni sangat beragam dan tergantung penatalaksanaan awal pada luka. Streptokokus atau stafilokokus merupakan jenis mikroorganisme yang sering dijumpai pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan awal dengan antibiotik topkkal. Sedangkan di lingkungan perawatan rumah sakit, koloni yang sering dijumpai adalah mikroorganisme negatif.
Dan oleh karena itu dengan zat-zat berkhasiat yang terkandung pada daun sirih, alangkah baiknya jika pencucuian luka bakar dengan menggunakan rebusan daun sirh. Dengan begitu selain luka bersih dari kontaminasi kuman dan bakteri, luka juga diharapkan cepat kering.
B. KERANGKA TEORI

C. KERANGKA PENELITIAN
![]() |
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with control group design. Metode quasi experimental adalah eksperimen yang belum memenuhi persyaratan (Arikunto, 2002) sedangkan rancangan prestest – posttest design with control group design adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparasis dua sampel berpasangan yang pengukuranya dilakukan sebelum dan sesudah ada perlakuan (treatment) (Sugiyono,2004).
Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
|
|
|


![]() |
Rancangan penelitian prestest-posttest design with control group design
Keterangan :
O1 : kontaminasi bakteri kelompok intervensi sebelum dilakukan perlakuan
O2 : kontaminasi bakteri kelompok intervensi setelah dilakukan perlakuan
O3 : kontaminasi bakteri kelompok control sebelum dilakukan perlakuan
O4 : kontaminaso bakteri kelompok control setelah sample control intervensi dilakukan perlakuan
X : perlakuan yang diberika kepada kelompok intervensi
O1–O3 : kesetaraan kontaminasi bakteri antara kelompok intervensi dengan kelompok control sebelum kelompok intervensi melakukan pencucian luka bakar dengan rebusan daun sirih
O2–O4 : kesetaraan jumlah kontaminasi bakteri kelompok intervensi dengan kelompok control setelah kelompok intervensi melakukan pencucian luka bakar dengan rebusan daun sirih
O3–O4 : kesetaraan jumlah kontaminasi bakteri pada kelompok control antara sebelum dan sesudah kelompok control mencuci luka bakar dengan salin normal.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006 hh.130-131). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien luka bakar di (BP) Balai Pengobatan Banyumas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil ari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi (Notoatmodjo, 2002 h. 79). Peneliti menggunakan teknik pengambilan sample “total sampling” yaitu mengambil semua populasi yang memenuhi kriteria sebagai responden peneliti. Mengingat populasi berjumlah 10 orang, peneliti mengambil seluruh populasi untuk dijadikan responden.
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien di Balai Pengobatan Bnayumas.
2) Pasien penderita luka bakar.
3) Pasien yang bersedia menjadi responden.
4) Pasien semua umur.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak ada yang mewakili karena tidak ada yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah semua yang tercantum dalam kriteria inklusi.
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dibeberapa Klinik Kesehatan dan Rumah Sakit di Banyumas yang memiliki pasien dengan luka bakar. Pada bulan September sampai bulan Oktober 2011.
D. ETIKA PENELITIAN
Etika penelitian mempunyai tujuan melindungi dan menjamin kerahasiaan responden. Sebelum dilakukan penelitian, penulis mengurus perijinan guna memperoleh ijin dan menjelaskan tujuan penelitian. Setelah prosedur perijinan tersebut terlewati, penulis melanjutkan dengan mencari responden yang sesuai dengan kriteria. Responden yang memenuhi kriteria diberi penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan kerahasiaan dan apa saja yang harus dilakukan responden dalam melakukan kegiatan.
Setelah mendapat penjelasan, semua calon responden menyatakan setuju untuk menjadi responden penelitian dan bersedia menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi responden.
G. ALAT PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan chek list untuk pengamatan tentang cuci luka bakar, dan untuk mencatat jumlah koloni bakteri. Jumlah koloni bakteri dihitung dengan menggunakan metode total plate count yaitu menghitung jumlah koloni bakteri yang terdapat pada luka bakar dan untuk mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi pada luka setiap dilakukan ganti balut.
H. TEKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA
2. Pengolahan Data
a. Editing
Editing yaitu memeriksa hasil dari data yang diperoleh. Apabila ada data yang tidak lengkap atau tidak jelas, maka peneliti berhak untuk memperbaiki atau memperbaikinya. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila ada kekurangan atau ketidaksesuaian data agar segera disempurnakan.
b. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan hasil data yang diperoleh kedalam kategori. Kategori klasifikasi dilakukan dengan cara member kode berbentuk angka pada masing – masing kategori yang diteliti. Kategori yang diberi kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pencucian pada luka bakar
a) Dengan rebusan daun sirih : kode 1
b) Dengan salin normal : kode 2
c. Tabulating
Setelah dilakukan coding, maka langkah selanjutnya adalah membuat tabulasi data dengan cara mengelompokan data kedalam suatu data tertentu menurut sifat – sifat yang dimiliki susuai dengan tujuan peneliti.
3. Analisa Data
Langkah terakhir dari penelitian adalah melakukan analisa data. Analisa data dilakukan sacara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi (Notoatmodjo, 2002 h. 188). Dalam penelitian ini langkah – langkah analisa data adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil penelitian. Analisa ini dilakukan dengan uji statistik deskriptif kwantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencucian luka bakar dan jumlah kontaminasi bakteri yang terkandung pada luka.
2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencucian luka bakar dengan rebusan daun sirih terhadap keefektivitasannya dalam proses penyembuhan luka. Uji statistik yang digunakan adalah uji t test, yaitu uji yang membandingkan mean dua kelompok data atau disebut juga uji beda dua mean (Hastono, 2007 h. 97). Untuk menguji perbedaan jumlah koloni bakteri antara sebelum dan sesudah dilakukan pencucian luka baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol menggunakan uji t tes berpasangan/dependen, sedangkan untuk menguji perbedaan jumlah koloni bakteri antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi baik sebelum maupun sesudah dilakukan pencucian luka menggunakan uji t test tidak berpasangan/independen.
I. JADWAL KEGIATAN
No | Uraian kegiatan proposal penelian | Bulan ke | ||||||||
Bulan Septemter | Bulan Oktober | |||||||||
1. | Persiapan | | | | | | | | | |
2 | pengumpulan data | | | | | | | | | |
3 | Pengolahan data proposal | | | | | | | | | |
4 | Penyusunan proposal | | | | | | | | | |
5 | Presentasi proposal | | | | | | | | | |
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Christantie, 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Morison, Moya J, 2004. Manajemen Luka. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Moenadjat, Yefta, 2003. Luka Bakar. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Alimul H, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medica.
Waid, Abdul. 2011. Dahsyatnya Khasiat Daun Daun Obat di sekitar Pekarangan. Semarang : Gramedia.
mv mb kerangka teori n kerngka konsep ny man ya,,,lg butuh ni,,
BalasHapusmaaf ya, ada ko, ya nanti saya tambahkan.
BalasHapusAssalamualaikum
BalasHapus